Kalender Hijriyah Global Tunggal : Upaya Mewujudkan Kesatuan Waktu Ibadah Umat Islam

Latar Belakang: Menyatukan Umat Melalui Waktu

Perbedaan waktu ibadah di kalangan umat Islam, khususnya dalam penetapan awal Ramadan, Idul Fitri dan Idul Adha telah lama menjadi isu yang berulang setiap tahun. Di berbagai belahan dunia, umat Islam sering kali memulai dan mengakhiri ibadah puasa atau merayakan hari besar keagamaan pada hari yang berbeda. Kondisi ini tidak hanya membingungkan, tetapi juga berpotensi melemahkan semangat persatuan umat.

Atas dasar kebutuhan sistematis dan semangat unifikasi, gagasan Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) hadir sebagai solusi integratif. KHGT mengusung prinsip “satu hari, satu tanggal” untuk seluruh umat Islam di dunia—menyatukan waktu ibadah dalam bingkai kesatuan global.


Metodologi dan Prinsip KHGT

KHGT dibangun berdasarkan pendekatan ilmiah dan prinsip syar’i, dengan tujuan menghadirkan kalender Islam yang seragam, valid, dan dapat digunakan secara global. Berikut adalah prinsip-prinsip utama yang mendasari KHGT :

Keselarasan Hari dan Tanggal Global

KHGT menegaskan pentingnya satu hari dengan satu tanggal yang sama di seluruh dunia. Hal ini bertujuan agar seluruh umat Islam merayakan hari-hari penting seperti Idulfitri dan Iduladha secara serempak.

Penggunaan Hisab Sebagai Dasar

Penentuan awal bulan kamariah menggunakan hisab (perhitungan astronomis) sebagai metode utama. Hisab dianggap sah dan sesuai dengan sunah, mengingat kemampuan umat Islam masa kini dalam berhitung. Selain itu, hisab memungkinkan prediksi jauh ke depan, yang mustahil dilakukan jika hanya mengandalkan rukyat (pengamatan hilal) yang bersifat lokal dan terbatas pada H-1.

Kesatuan Matlak

KHGT memandang seluruh bumi sebagai satu kesatuan wilayah pengamatan hilal (matlak), dengan meniadakan konsep ikhtilāf al-maṭāliʻ (perbedaan lokasi pengamatan). Hal ini penting agar kalender dapat digunakan secara universal dan seragam, tidak terbagi dalam zona-zona yang berbeda.

Transfer Imkanu Rukyat

Imkanu rukyat adalah prediksi kemungkinan terlihatnya hilal secara astronomis. KHGT mengadopsi prinsip bahwa apabila hilal dapat terlihat di satu tempat mana pun di muka bumi, maka penentuan awal bulan dapat diberlakukan secara global. Hal ini selaras dengan makna umum hadis Nabi ﷺ: “Berpuasalah karena telah merukyat dan beridulfitrilah karena telah merukyat.”

Permulaan Hari Universal

KHGT menggunakan Garis Batas Tanggal Internasional (180° bujur timur) sebagai titik permulaan hari, dimulai pada pukul 00.00 GMT. Pemilihan titik tetap ini didasarkan pada stabilitas waktu secara global, berbeda dari waktu fajar atau matahari terbenam yang berubah setiap hari dan tergantung lokasi.

 

Syarat dan Parameter KHGT

KHGT dirancang untuk memenuhi kriteria ilmiah dan keagamaan yang ketat, antara lain:

a. Syarat-Syarat KHGT:

  1. Kalender harus memadukan kebutuhan ibadah dan kehidupan sosial masyarakat.
  2. Berdasarkan bulan kamariah (siklus sinodis bulan: 29–30 hari).
  3. Menetapkan satu hari dan satu tanggal yang sama secara global.
  4. Tidak boleh menetapkan awal bulan sebelum terjadi ijtimak (konjungsi bulan dan matahari).
  5. Tidak boleh menetapkan awal bulan sebelum adanya imkanu rukyat di wilayah mana pun di bumi.
  6. Tidak boleh menunda masuknya bulan baru jika hilal telah terlihat jelas di suatu wilayah.

b. Parameter (Kriteria) Penetapan Awal Bulan KHGT:

  1. Satu matlak global: seluruh permukaan bumi dianggap satu wilayah pengamatan.
  2. Bulan baru dimulai jika:
    • Sebelum pukul 24.00 UT, telah terjadi elongasi minimal dan ketinggian hilal minimal saat matahari terbenam.
    • Jika kriteria ini terpenuhi setelah tengah malam UT, maka bulan baru tetap dimulai asalkan:
        •  Ijtimak terjadi sebelum fajar di Selandia Baru,dan
        • Parameter tersebut terpenuhi di wilayah daratan Benua Amerika.

Kriteria ini merujuk pada standar Imkanu rukyat Turki 2016 yang telah diakui secara astronomis dan praktis.


Peluang Implementasi KHGT

Peluang implementasi KHGT sangat besar, terutama di negara-negara seperti Amerika dan Eropa, di mana komunitas Muslim sangat membutuhkan sistem kalender yang terorganisir dan dapat diandalkan. Di Indonesia, organisasi keagamaan seperti Muhammadiyah telah mengusulkan agar KHGT disahkan melalui Musyawarah Nasional (Munas) Tarjih sebagai pedoman resmi dalam penyusunan kalender Islam.


Penutup: Menuju Kesatuan Umat Melalui Kalender

Kalender Hijriah Global Tunggal bukan sekadar proyek astronomis, melainkan juga ikhtiar kolektif untuk mempersatukan umat Islam secara spiritual dan sosial. Dengan pendekatan ilmiah, prinsip syariah yang kuat, serta semangat ukhuwah Islamiyah, KHGT diharapkan menjadi jawaban atas kerinduan umat akan satu waktu ibadah yang serempak di seluruh dunia.


TVPchannel.co.id

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak